24 Juni 2009

Hikmah dan Hakekat Shalat

HIKMAH DAN HAKIKAT IBADAH SHALAT

Shalat adalah tiang agama dan hukumnya wajib berdasarkan dalil dari Al-Qur’an, Sunnah dan Ijma’ kaum muslimin. Rasulullah bersabda :
رأس الأمر الإسلام , وعموده الصلاة , وذروة سنامه الجهاد في سبيل الله
“Pokok Agama adalah Islam dan tiang utamanya adalah shalat, sedangkan puncaknya adalah jihad di jalan Allah ( HR. At-Tirmidzi )

HIKMAH SHALAT

Sebelum kita membahas masalah hikmah di balik pensyari’atan ibadah secara umum dan shalat secara khusus, maka kita ingin menjelaskan bahwasanya suatu kewajiban yang telah disyari’atkan Allah tidak dapat diganggu gugat ada atau tidak adanya hikmah yang kita ketahui. Akan tetapi secara umum seluruh perintah Allah pasti mengandung hikmah yang sangat dalam dan luas dan diketahui oleh orang yang ‘alim dan tidak diketahui oleh orang yang jahil dan seluruhnya kembali kepada kehendak Allah . Oleh karena itu sebagai muslim yang beriman kita tetap taat menjalankan kewajiban kita kepada Allah walaupun kita belum menemukan hikmah di balik kewajiban tersebut.
Walaupun demikian Mengetahui hikmah di balik sebuah perintah sangat membantu seorang muslim dalam meningkatkan keikhlasannya dalam menjalankan perintah tersebut. Kita mengetahui bagaimana keseriusan ulama-ulama Islam mencari berbagai hikmah di balik sebuah perintah dan larangan. Hal tersebut menunjukkan urgensi hikmah bagi seoran muslim.
Adapun hikmah di balik kewajiban shalat, menurut ulama kita ( Abu Bakar Al-Jazairi) diantaranya adalah :
- Shalat dapat mensucikan jiwa hingga seorang hamba merasa senang bermunajat kepada Allah di dunia dan berdekatan dengan-Nya diakhirat.
- Shalat juga dapat menghindarkan pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar.
“Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari ( perbuatan ) keji dan mungka”r ( 29 : 45 )



HAKIKAT IBADAH SHALAT

Adapun hakikat dari ibadah shalat setelah memelihara rukun-rukun shalat, wajib-wajib dan sunnah-sunnah shalat adalah : Niat yang ikhlas, khusyu’ dan hadirnya hati.
Ibadah shalat mengandung dzikir-dzikir, munajah dan gerakan-gerakan. Akan tetapi jika hati tidak hadir maka maksud dari ibadah tersebut tidak akan tercapai, karena melafazkan dzikir dan munajah jika tidak disertai kehadiran hati, maka dia ibarat orang yang kesurupan atau orang yang mengigau. Demikian pula tidak akan tercapai maksud dari suatu gerakan, ruku dan sujud misalnya jika tidak disertai dengan hadirnya hati.
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. ( 22 : 37 )
Padahal maksud dari berdiri adalah berkhidmat dan maksud dari ruku dan sujud adalah menghinakan diri di hadapan Allah seraya mengagungkan-Nya.
Akan tetapi jika seorang hamba tidak mampu melakukannya secara sempurna, maka syari’at memberikan toleransi kepadanya. Jadi kelalaian-kelalaian yang terjadi dalam shalat dapat dicukupi dengan antara lain :
- Memurnikan niat sebelum memulai shalat
- Berdzikir setelah shalat karena dzikir setelah shalat dapat menutupi kekurangannya
Dan agar maksud dari ibadah shalat kita dapat tercapai, maka sebaiknya kita melakukan beberapa hal :
1. Mengosongkan hati dari segala hal yang dapat menyibukkannya, karena tatkala kita sibuk dengan sesuatu maka hati akan selalu mengingatnya.
Dan jika kita mengetahui akan berpalingnya hati kita dalam shalat, maka segera arahkan kembali kepada shalat. Berpalingnya hati bisa menguat dan melemah tergantung kepada kuatnya keimanan kita pada akhirat dan mengetahui kepanaan dan keninaan dunia. Jika kita mendapati hati kita banyak berpaling dalam shalt kita, maka itu karena lemahnya iman kita.
2. Berusaha memahami bacaan-bacaan shalat kita
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, ( 4 : 43 ).


Dan solusi dari masalah ini dapat kita petakan sbb :
- Jika yang menyibukkan hati itu berasal dari perkara-perkara lahiriyah, maka kita harus menghilangkannya, menghilangkan segala yang dapat menyibukkan pendengaran, penglihatan
- Jika yang menyibukkannya itu adalah perkara batin, maka mengobatinya adalah dengan menahan hawa nafsu disertai pengagungan kepada apa yang kit abaca.

3. Mengagungkan Allah , dan hal tersebut dapat kita lakukan dengan dua hal :
Pertama : berusaha mengetahui keagungan Allah dan Kedua : mengenal kedudukan kita di hadapan Allah yaitu sebagai hamba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar