26 Juni 2009

Rukun dan Sunnah Puasa

RUKUN DAN SUNNAH PUASA

Puasa memiliki rukun yang harus dijaga dan ditegakkan serta sunnah yang harus dipelihara sebaik baiknya agar puasa kita diterima oleh Allah .
Rukun puasa ada tiga yaitu : Pertama : Berniat, kedua : menjaga atau menahan diri dari makan dan minum serta dari berhubungan intim sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.
Secara umum kaum muslimin dapat menjaga dan memelihara diri mereka dari ketergelinciran melanggar rukun puasa ini karena memang pengertian puasa bagi mayoritas penganut Islam adalah ketiga hal tersebut. Akan tetapi jika kita memperhatikan berbagai dalil yang membahas tentang puasa, maka tentu kita akan tahu bahwasanya puasa itu bukan sekedar menahan diri dari makan dan minum serta berhubungan intim mulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari, akan tetapi yang dimaksud dengan puasa adalah mempuasakan seluruh anggota badan dari segala hal yang diharamkan Allah .
Jika Allah  menyuruh orang yang beriman pada bulan Ramadhan untuk meninggalkan segala perkara yang asalnya mubah ( boleh ) di luar bulan Ramadhan, maka meninggalkan segala perkara yang asalnya haram tentu jauh lebih utama dan wajib. Oleh karena itu setiap orang beriman harus waspada dan khawatir akan kwalitas puasa mereka, karena Rasulullah  bersabda :
رب صائم حظه من صيامه الجوع والعطش
Berapa banyak orang yang berpuasa hanya mendapatkan rasa lapar dan dahaga dari puasanya ( HR. Ahmad )

من لم يضع قول الزور والعمل به فليس لله حاجة أن يضع طعامه وشرابه
Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan amalan sia-sia, maka tidak ada hajat bagi Allah terhadap ( perbuatan ) meninggalkan makan dan minumnya ( HR. Bukhari )

Jadi kewajiban orang yang berpuasa bukan hanya sekedar meninggalkan makan dan minum serta berhubungan intim dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari, akan tetapi yang jauh lebih utama adalah meninggalkan segala perkara yang diharamkan Allah .
Disamping itu agar puasa lebih berberkah, maka kaum muslimin juga perlu menjaga dan melaksakan berbagai sunnah yang telah dicontohkan oleh baginda Rasul Muhammad  dalam bulan Ramadhan ini, diantaranya :
1. Makan sahur
Makan sahur adalah makan pada waktu sahur dengan niat puasa pada siang harinya. Lebih disunnahkan lagi jika seorang yang ingin berpuasa sedikit mengakhirkan makan sahurnya. Sahabat Zaid bin Tsabit berkata : "kami makan sahur bersama Nabi  kemudian mendirikan shalat ( subuh ). Anas bertanya : berapa kira-kira waktu antara adzan dan sahur ? Zaid berkata : Sekitar membaca lima puluh ayat - Al-Qur’an - ( HR. Bukhari-Muslim ).
Hikmah dibalik pensyariatan makan sahur adalah agar orang yang berpuasa lebih mudah dan kuat menahan lapar dan dahaga pada siang hari dan juga untuk membedakan antara puasa kaum muslimin dengan puasa umat-umat terdahulu.
Rasulullah  bersabda :
فصل ما بين صيامنا وصيام أهل الكتاب أكلة السحر
Perbedaan antara puasa kami dan puasa ahlul kitab terletak pada makan sahurnya ( HR. Muslim )
Makan sahur adalah berkah bagi kaum muslimin. Dengannya kita dapat lebih mudah menjalankan ibadah puasa, berdzikir sambil menunggu masuknya waktu subuh dan menunaikannya secara berjama’ah.
Rasulullah  bersabda :
تسحروا فإن في السحور بركة
Makan sahurlah kalian karena padanya terdapat berkah ( HR. Bukhari-Muslim )

2. Menyegerakan berbuka
Tatkala waktu berbuka telah tiba, maka hendaknya orang yang berpuasa bersegera berbuka. Rasulullah  bersabada :
لا يزال الناس بخير ما عجلوا الفطر
Manusia senantiasa berada dalam kebaikan tatkala mereka menyegerakan berbuka ( HR.Bukhari-Muslim )
Dan tentu lebih mendekati sunnah tatkala seseorang berbuka dengan kurma serta segelas air. Anas berkata : “Adalah Rasulullah  berbuka dengan kurma muda sebelum shalat, dan jika tidak ada, maka dengan kurma kering, dan jika tidak ada, maka hanya dengan segelas air ( HR. Abu Daud,Tirmidzi )
Orang yang berpuasa juga sangat dianjurkan untuk berdo’a menjelang buka puasa dengan membaca :
ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الله
Haus telah hilang dan kerongkongan telah basah dan semoga pahalanya kekal di sisi Allah ( HR. Abu Daud )

3. Shalat tarawih
Shalat tarawih adalah shalat lail ( malam ) yang dikerjakan pada bulan ramadhan secara berjama’ah setelah shalat isya. Shalat tarawih sangat dianjurkan pada bulan ramadhan dan memiliki ganjaran pahala yang sangat besar. Aisyah berkata : Rasulullah  pernah suatu malam pada bulan Ramadhan keluar untuk mengerjakan shalat di masjid, lalu orang-orang mengikutinya. Keesokan harinya orang-orang membicarakan hal itu. Kemudian ( pada malam kedua ) lebih banyak orang berkumpul, lalu beliau mengerjakan shalat dan merekapun shalat bersama beliau. Pada pagi harinya orang-orang membicarakan hal tersebut hingga pada malam ketiga jama’ah masjid makin bertambah banyak. Kemudian Rasulullah keluar dan mengerjakan shalat seperti biasa. Dan pada malam ke empat masjid itu tidak lagi mampu menampung jama’ah, hingga beliau hanya keluar untuk mengerjakan shalat subuh. Setelah selesai menunaikan shalat subuh beliau menghadap orang-orang, lalu mengucapkan syahadat dan berkata : “Sesungguhnya aku tidak mengkhawatirkan posisi ( keimanan ) kalian, hanya saja aku khawatir shalat tersebut akan diwajibkan kepada kalian sehingga kalian tidak mampu mengerjakannya.” Kemudian Rasulullah  meninggal dunia dan shalat tarawih tetap saja berjalan seperti itu.”
Rasulullah  bersabda :
من قام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه
Barangsiapa yang mendirikan qiyamu Ramadhan ( shalat lail ) karena iman dan mengharap ridha Allah niscaya akan diampuni dosanya yang telah lalu. ( HR. Bukhari-Muslim )

25 Juni 2009

Keutamaan Puasa

KEUTAMAAN PUASA

Puasa secara bahasa berarti menahan diri. Sedangkan menurut syariat, puasa adalah menahan diri dari makanan, minuman, hubungan suami istri serta segala hal yang membatalkan puasa mulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari dengan niat ibadah.
Puasa Ramadhan hukumnya wajib berdasarkan dalil Al-Qur’an, sunnah dan ijma’ kaum muslimin.
Perintah yang mewajibkan puasa pada bulan Ramadhan turun pada hari senin bulan Sya'ban tahun II hijriah dengan berbagai kekhususan bila dibandingkan dengan puasa umat-umat terdahulu.
Allah  berfirman :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa ( Al-baqarah : 183 )

Ibnu Abbas, Mu'adz dan lain-lain berkata : pada awalnya kaum muslimin berpuasa tiga hari setiap bulan sebagaimana yang dilakukan oleh umat-umat terdahulu, dan Ad-Dahhaq menambahkan bahwasanya syariat ini berlaku sejak zaman Nabi Nuh  hingga Allah  menghapusnya dengan syariat puasa pada bulan Ramadhan.
Dalam tafsirnya Imam Al-Qurthubiy mengutip pendapat Asy-Sya'biy, Qatadah dan lainnya bahwasanya mereka mengatakan, persamaan puasa kaum muslimin dengan ummat terdahulu dalam hal waktu puasa dan kadar ( lama ) puasa. Allah  mewajibkan atas umat Nabi Isa dan Nabi Musa puasa Ramadhan tetapi mereka merubahnya. Rahib-rahib mereka menambahnya sepuluh hari. Kemudian tatkala salah seorang rahib mereka sakit dia bernadzar, jika Allah  menyembuhkannya maka dia akan menambah sepuluh hari lagi hingga akhirnya jumlah hari puasa orang Nashrani sebanyak 50 hari, lalu akhirnya mereka susah melaksanakannya pada musim panas, kemudian mereka menggantinya ke musim dingin.
Puasa memiliki banyak sekali keutamaan diantaranya :
1. Puasa sebagai perisai
Rasulullah  bersabda :
الصيام جنة من النار كجنة أحدكم من القتال
"Puasa adalah perisai dari neraka bagaikan perisai salah seorang diantara kalian untuk berperang." ( HR. Ahmad )

Puasa dapat mengekang nafsu syahwat dan mempersempit jalan syaithan untuk menggoda manusia kerena syahwat adalah salah satu kendaraan syaithan yang paling potensial dalam menyesatkan mereka. Oleh karena itu Rasulullah  berpesan kepada para pemuda :
"Wahai sekalian anak muda, barang siapa diantara kalian mampu, maka hendaklah dia menikah, karena sesungguhnya menikah itu lebih menundukkan pandangan dan lebih kuat memelihara kemaluan. Dan barang siapa yang tidak sanggup maka hendaklah dia berpuasa, karena puasa dapat menjadi perisai baginya." ( HR. Bukhari-Muslim )
Puasa merupakan upaya memenangkan aspek ruhaniyah atas aspek jasadiah, karena dengan berpuasa kekuatan jiwa dan mental seseorang semakin terasah dan bertambah kokoh. Puasa juga dapat membantu memelihara kesehatan mental dan fisik seseorang sebagaimana yang banyak diutarakan oleh pakar dalam bidang kesehatan.
2. Do'a orang yang berpuasa segera terkabul
Rasulullah  bersabda :
إن للصائم عند فطره دعوة لا ترد
"Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa itu pada saat dia berbuka mempunyai do'a yang tidak ditolak." ( HR. Ibnu Majah dan Al-Hakim )

Do'a adalah senjata orang yang beriman. Oleh karena itu perbanyaklah berdo'a dalam bulan Ramadhan ini khususnya pada saat menjelang buka puasa niscaya Allah  akan mengabulkannya. Allah  berfirman :

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
"Dan Tuhanmu berfirman: "Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". ( Al-Mu'min : 60 )
3. Pintu surga Ar-Rayyan khusus buat orang yang berpuasa
Rasulullah  bersabda :
إن في الجنة بابا يقال له الريان, يدخل منه الصائمون يوم القيامة, لا يدخل منه أحد غيرهم, يقال : أين الصائمون, فيقومون لا يدخل منه أحد غيرهم, فإذا دخلوا أغلق, فلم يدخل منه أحد.
"Sesungguhnya di dalam surga itu terdapat sebuah pintu yang disebut Ar-Rayyan, melalui pintu itu orang yang berpuasa akan masuk ( surga ) pada hari kiyamat dan tak seorang pun selain mereka akan masuk melalui pintu tersebut. Ditanyakan : dimanakah orang-orang yang berpuasa ?lalu mereka berdiri ( dan masuk ) tanpa seorangpuin selain mereka. Jika orang-orang yang berpuasa telah masuk, pintu tersebut ditutup sehingga tak ada seorang pun selain mereka yang bisa masuk melaluinya." ( HR. Bukhari-Muslim )
Ini merupakan keagungan puasa dimana Allah  membuat sebuah pintu khusus bagi orang yang melaksanakannya dan tidak akan pernah dimasuki oleh orang selain mereka sebanyak atau sebesar apapun ibadahnya kecuali jika dia juga berpuasa.
Surga adalah idaman seluruh manusia, baik yang rajin melaksanakan perintah Allah  maupun mereka yang gemar bermaksiat. Oleh karena itu berpuasalah dengan ikhlas niscaya Allah  akan mempersilahkan anda untuk memasuki pintu Ar-Rayyan pada hari kiamat.
4. Pahala orang yang berpuasa tanpa batas
Allah  berfirman dalam hadits qudsi :
كل عمل ابن آدم له إلا الصيام, فإنه لي وأنا أجزي به
"Setiap amal anak Adam adalah untuk dirinya sendiri kecuali puasa, dimana puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan pahala atasnya." ( HR. Bukhari-Muslim )

Amal-amal anak cucu Adam selain puasa akan diganjar oleh Allah  dengan jumlah tertentu kecuali amalan ibadah puasa, karena Allah  telah menyandarkan pemberian pahala orang yang berpuasa langsung kepada diri-Nya. Hal ini menunjukkan bahwasanya pahala puasa tersebut tanpa batas dan hanya Allah  yang tahu berapa jumlahnya.
5. Bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah 
dari minyak kesturi
Minyak kesturi adalah jenis minyak wangi dengan aroma terbaik dan terharum, disediakan Allah bagi orang yang berpuasa sebagai pengganti dari akses yang ditimbulkannya yaitu munculnya bau yang tidak sedap pada saat mereka menjalankan ibadah puasa. Orang yang berpuasa layak mendapatkan ganjarana tersebut karena bau mulut mereka muncul akibat ketaatan menjalankan perintah Allah .
Rasulullah SAW bersabda :
... لخلوف فم الصائم أطيب عند الله من ريح المسك ...
…Sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum disi Allah dari pada bau minyak kesturi… ( HR. Bukhari-Muslim )
6. Orang yang berpuasa memiliki Dua Kegembiraan
Derajat kegembiraan orang yang berpuasa berada di atas segala bentuk kegembiraan yang pernah kita rasakan. Hal tersebut terjadi karena kegembiraan tersebut disebutkan langsung oleh Allah .
Dalam hadits qudsi disebutkan :
... للصائم فرحتان يفرحهما : إذا أفتر فرح, وإذا لقي ربه فرح بصومه ...
…Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan : Jika berbuka, dia sangat gembira dan jika bertemu dengan Rabbnya dia juga bergembira dengan puasanya ( HR Bukhari – Muslim )

24 Juni 2009

Hikmah dan Hakekat Shalat

HIKMAH DAN HAKIKAT IBADAH SHALAT

Shalat adalah tiang agama dan hukumnya wajib berdasarkan dalil dari Al-Qur’an, Sunnah dan Ijma’ kaum muslimin. Rasulullah bersabda :
رأس الأمر الإسلام , وعموده الصلاة , وذروة سنامه الجهاد في سبيل الله
“Pokok Agama adalah Islam dan tiang utamanya adalah shalat, sedangkan puncaknya adalah jihad di jalan Allah ( HR. At-Tirmidzi )

HIKMAH SHALAT

Sebelum kita membahas masalah hikmah di balik pensyari’atan ibadah secara umum dan shalat secara khusus, maka kita ingin menjelaskan bahwasanya suatu kewajiban yang telah disyari’atkan Allah tidak dapat diganggu gugat ada atau tidak adanya hikmah yang kita ketahui. Akan tetapi secara umum seluruh perintah Allah pasti mengandung hikmah yang sangat dalam dan luas dan diketahui oleh orang yang ‘alim dan tidak diketahui oleh orang yang jahil dan seluruhnya kembali kepada kehendak Allah . Oleh karena itu sebagai muslim yang beriman kita tetap taat menjalankan kewajiban kita kepada Allah walaupun kita belum menemukan hikmah di balik kewajiban tersebut.
Walaupun demikian Mengetahui hikmah di balik sebuah perintah sangat membantu seorang muslim dalam meningkatkan keikhlasannya dalam menjalankan perintah tersebut. Kita mengetahui bagaimana keseriusan ulama-ulama Islam mencari berbagai hikmah di balik sebuah perintah dan larangan. Hal tersebut menunjukkan urgensi hikmah bagi seoran muslim.
Adapun hikmah di balik kewajiban shalat, menurut ulama kita ( Abu Bakar Al-Jazairi) diantaranya adalah :
- Shalat dapat mensucikan jiwa hingga seorang hamba merasa senang bermunajat kepada Allah di dunia dan berdekatan dengan-Nya diakhirat.
- Shalat juga dapat menghindarkan pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar.
“Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari ( perbuatan ) keji dan mungka”r ( 29 : 45 )



HAKIKAT IBADAH SHALAT

Adapun hakikat dari ibadah shalat setelah memelihara rukun-rukun shalat, wajib-wajib dan sunnah-sunnah shalat adalah : Niat yang ikhlas, khusyu’ dan hadirnya hati.
Ibadah shalat mengandung dzikir-dzikir, munajah dan gerakan-gerakan. Akan tetapi jika hati tidak hadir maka maksud dari ibadah tersebut tidak akan tercapai, karena melafazkan dzikir dan munajah jika tidak disertai kehadiran hati, maka dia ibarat orang yang kesurupan atau orang yang mengigau. Demikian pula tidak akan tercapai maksud dari suatu gerakan, ruku dan sujud misalnya jika tidak disertai dengan hadirnya hati.
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. ( 22 : 37 )
Padahal maksud dari berdiri adalah berkhidmat dan maksud dari ruku dan sujud adalah menghinakan diri di hadapan Allah seraya mengagungkan-Nya.
Akan tetapi jika seorang hamba tidak mampu melakukannya secara sempurna, maka syari’at memberikan toleransi kepadanya. Jadi kelalaian-kelalaian yang terjadi dalam shalat dapat dicukupi dengan antara lain :
- Memurnikan niat sebelum memulai shalat
- Berdzikir setelah shalat karena dzikir setelah shalat dapat menutupi kekurangannya
Dan agar maksud dari ibadah shalat kita dapat tercapai, maka sebaiknya kita melakukan beberapa hal :
1. Mengosongkan hati dari segala hal yang dapat menyibukkannya, karena tatkala kita sibuk dengan sesuatu maka hati akan selalu mengingatnya.
Dan jika kita mengetahui akan berpalingnya hati kita dalam shalat, maka segera arahkan kembali kepada shalat. Berpalingnya hati bisa menguat dan melemah tergantung kepada kuatnya keimanan kita pada akhirat dan mengetahui kepanaan dan keninaan dunia. Jika kita mendapati hati kita banyak berpaling dalam shalt kita, maka itu karena lemahnya iman kita.
2. Berusaha memahami bacaan-bacaan shalat kita
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, ( 4 : 43 ).


Dan solusi dari masalah ini dapat kita petakan sbb :
- Jika yang menyibukkan hati itu berasal dari perkara-perkara lahiriyah, maka kita harus menghilangkannya, menghilangkan segala yang dapat menyibukkan pendengaran, penglihatan
- Jika yang menyibukkannya itu adalah perkara batin, maka mengobatinya adalah dengan menahan hawa nafsu disertai pengagungan kepada apa yang kit abaca.

3. Mengagungkan Allah , dan hal tersebut dapat kita lakukan dengan dua hal :
Pertama : berusaha mengetahui keagungan Allah dan Kedua : mengenal kedudukan kita di hadapan Allah yaitu sebagai hamba.

Al-Maut

DZIKRUL MAUT
( MENGINGAT MATI )

Al-Maut ( kematian ) adalah sesuatu yang pasti terjadi dan akan menimpa segala makhluk yang bernyawa, Allah berfirman :
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. ( 3 : 185 )

Sifat dari Al-Maut tersebut adalah datang secara tiba-tiba sehingga seorang muslim yang cerdas adalah yang senantiasa mempersiapkan dirinya untuk menghadapi kematian. Tentu yang kita maksud dengan persiapan di sini adalah bekal-bekal amal kebaikan, karena Rasulullah bersabda :
“Orang yang cerdas adalah orang yang dapat mengendalikan nafsunya dan beramal untuk ( kepentingan ) hidup setelah mati”.

Orang yang terlalu cinta dunia dan tenggelam dalam berbagai fatamorgananya tentu hatinya lalai dari mengingat mati. Jika diingatkan tentang mati maka dia tidak suka dan bahkan menghindar darinya.
Mengingat Al-Maut adalah anjuran yang datang dari Rasulullah, karena mengingatnya akan membuat seorang muslim termotifasi untuk menambah intensitas amal ibadahnya dan menjauhi larangan-larangan Allah. Rasulullah bersabda :
أكثروا ذكر هادم اللذات : الموت. ( رواه الترمذي )
“Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatab : kematian”.

Kondisi manusia dalam hubungannya dengan mengingat mati terbagi tiga, yaitu :
1. Orang yang benar-benar lupa
Orang seperti ini sama sekali tidak meyakini bahwa kematian itu dapat saja merenggut kehidupannya secara tiba-tiba. Jikapun dia ingat atau diingatkan tentang kematian, maka dia selalu bersedih karena berbagai kesenangan dunia yang belum diraihnya hingga akhirnya dia senantiasa mencerca kematian tersebut. Alih-alih kematian itu mendekatkan dia kepada Allah, bahkan semakin menjauhkannya. Boleh jadi dia termasuk diantara orang-orang yang benci untuk berjumpa dengan Allah hingga Allah pun benci untuk berjumpa dengannya. ( من كر ه لقاء الله, كره الله لقاءه )

2. Orang yang ingat lalu segera bertaubat
Mereka ini banyak mengingat mati untuk menumbuhkan al-khauf ( rasa takut kepada Allah ), atau mungkin dia juga benci kepada kematian itu akan tetapi kebenciannya itu karena dia takut jangan sampai dia datang sebelum dapat menyempurnakan taubatnya atau sebelum mencukupkan bekalnya menuju kampung akhirat. Tentu hal ini tidak tercela sebagaimana yang pertama.

3. Para ‘arifin ( ma’rifah kepada Allah )
Orang seperti ini senantiasa mengingat kematian karena mereka mengetahui bahwa kematian itu adalah kesempatan untuk berjumpa dengan Zat yang dicintainya. Mereka tidak pernah lupa dengan perjanjian tersebut karena itu adalah jalan satu-satunya untuk bertemu dengan Allah yang paling dicintainya. Tanda-tanda manusia yang telah sampai pada derajat seperti ini adalah bahwa mereka tidak lagi takut menghadapi kematian, bahkan mereka berusaha menjemput kematian itu sesuai dengan jalan yang disyari’atkan Allah.
Jadi kondisi kedua dimaklumi dengan adanya rasa tidak senang dengan kematian demikian pula dengan kondisi ketiga yang cinta dengan kematian. Yang terbaik diantara keduanya adalah yang menyerahkan urusannya kepada Allah, yaitu dengan tidak memilih salah satu diantara keduanya ( hidup atau mati ). Apa yang dicintai Allah maka itulah yang mereka cintai.

KISAH PARA SALAF SEPUTAR AL-MAUT

Hasan Al-Bashriy berkata Al-Maut itu mengenyampinkan ( meremehkan ) dunia dan meninggalkan kelezatan dan kesenangan, dan barangsiapa yang selalu mengingat mati niscaya dunia ini kecil dalam pandangannya serta segala yang ada di dalamnya.
Dan adalah Umar Bin Abdul Aziz jika mengingat Al-Maut maka dia ketakutan seperti burung yang takut. Beliau senantiasa mengumpulkan para fuqaha ( ahli fiqhi ) untuk saling mengingatkan tentang kematian dan hari kiamat hingga mereka semua menangis seakan-akan di hadapan mereka ada jenazah ( telah ditimpa musibah kematian ).
Ibrahim At-Taimiy berkata : “Ada dua hal yang memutuskan aku dengan kelezatan dunia, yaitu : mengingan mati dan bersimpuh di hadapan Allah.
Ka’ab berkata : “Siapa yang telah mengenal kematian maka segala musibah dunianya tidak akan berarti apa-apa”.
Hamid Al-Qushairiy berkata : “Setiap orang yakin akan datangnya kematian, akan tetapi kita tidak melihat adanya persiapan untuk itu. Setiap orang diantara kita yakin dengan adanya surga, akan tetapi kita tidak melihat adanya usaha untuk memasukinya. Setiap orang diantara kita yakin akan adanya neraka, akan tetapi kita tidak melihat rasa takut sedikitpun kepadanya. … kalian akan mendatangi Allah dengan kebaikan atau keburukan, maka datanglah kepada Allah dengan kebaikan”.
Abu Al-Dardaa’ berkata : “Jika engkau mengingat orang yang sudah meninggal maka jadikanlah dirimu termasuk mereka yang sudah meninggal”.
Bagi pecinta dunia sangat dianjurkan untuk banyak mengingat Al-Maut, tamasya ke kuburan agar dia sadar bahwa dia pasti akan meninggal dunia.
Akhirnya semoga apa yang kita dengar dari pembahasan Al-Maut ini dapat memotofasi kita untuk lebih banyak berbuat untuk agama kita.

Kewajiban seorang Muslim terhadap saudaranya yang tertimpa musibah
Rasulullah bersabda :
أطعموا آل جعفر طعاما فقد أتاهم يسغلهم ( رواه أبو داود )
“Sediakan makanan bagi keluarga Ja’far, sesungguhnya mereka telah ditimpa musibah yang menggalaukan ( menyibukkan )
Hal-hal yang penting untuk diperhatikan :
- Memberikan ucapan tazkiyah :
إن لله ما أخذ, وله ما أعطى, وكل شيءٍ عنده بأجل مسمى, فاصبر واحتسب ( متفق عليه )
“Sesungguhnya kepunyaan Allahlah apa yang Dia ambil, dan milik-Nyalah apa yang Dia beri, dan segala sesuatu di sisi-Nya memiliki waktu ( akan berakhir ), maka bersabarlah dan harapkanlah pahala ( dari musibah yang menimpamu )
- Membantunya dengan membuatkan makanan jika mereka tampak kerepotan mengurus jenazah
- Keluarga yang kematian tidak diperkenankan membuat ( menghidangkan ) makanan untuk pelayat, berdasarkan ucapan sahabat :
كنا نعد صنع الطعام والإجتماع لأهل الميت من النياحة ( رواه أحمد )
“Kami menganggap hidangan makanan dan berkumpul di rumah keluarga si maiyit termasuk niyahah ( ratapan yang haram )”.

PENYELENGGARAAN JENAZAH

Dalil Umum :
أسرعوا بالجنازة
“Segerakanlah ( mengurus ) jenazah”.

Ibnu Abbas mengatakan : “Ketika seseorang berdiri di arafah tiba-tiba dia terjatuh dari kendaraannya lalu meninggal seketika. Rasulullah bersabda :
اغسلوه بماء وسدر, وكفنوه في ثوبين ...
“Mandikanlah Ia dengan air dan sidr ( bidara ) …
ابدأن بميامنها ومواضع الوضوع منها ( متفق عليه )
“Mulailah dari anggota badannya yang sebelah kanan dan yang biasa dibasuh saat berwudhu”.
اجعلن في الغسلة الأخيرة كافورا
“Jadikanlah air kapur barus sebagai siraman terakhir”.
من غسل مسلما فكتم عليه, غفر الله أربعين مرة ( رواه الحاكم )
“Barangsiapa yang memandikan jenazah seorang muslim lalu Ia merahasiakan apa yang dilihatnya, niscaya Allah akan mengampunkan dosanya empat puluh kali”.
والسقط يصلي عليه ويدعى لوالديه بالمغفرة والرحمة ( رواه أبو داود )
“Janin yang gugur hendaklah dishalatkan dan didoakan bagi kedua orang tuanya semoga mendapat rahmat dan ampunan”.

Do’a shalat jenazah ( takbir ketiga )
اللهم اغفر له وارحمه وعافه واعف عنه, ونقه من الخطايا كما ينقي الثوب الأبيض من الدنس, وأبدله دارا خيرا من داره وأهلا خيرا من أهله وزوجا خيرا من زوجه وأدخله الجنة وأعذه من عذاب القبر ومن عذاب النار ( رواه مسلم )
“Ya Allah curahkanlah ampunan dan rahmatmu baginya, bebaskanlah dia serta maafkanlah segala kesalahannya, dan bersihkanlah dia dari segala kesalahannya sebagaimana kain putih dibersihkan dari kotoran. Gantikan dia dengan rumah yang lebih baik dari rumahnya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan ( istri/suami ) yang lebih bari pasangannya. Dan masukkanlah ia dalam surga serta lindungilah ia dari adzab kubur dan adzab neraka.
ثلاث سعات كان رسول الله ينهانا أن نصلي فيهن أو أن نقبر فيهن موتانا : حين تطلع الشمس بازغة حتى ترتفع, وحين يقوم قائم الظهيرة حتى تميل الشمس, وحين تضيف الشمس للغروب حتى تغرب ( رواه مسلم )
“Tiga waktu dimana Rasulullah melarang kami mengerjakan shalat dan menguburkan jenazah di dalamnya, yaitu : Ketika matahari terbit hingga meninggi, ketika matahari tetap di atas ubun-ubun hingga tergelincir, ketika matahari akan terbenam hingga menghilang”.
Do’a memasukkan mayat ke lahat
بسم الله و على سنة ( ملة ) رسول الله
“Dengan nama Allah dan menurut sunnah Rasul-Nya”.

Kewajiban seorang muslim terhadap saudaranya yang meninggal dunia ada empat, yaitu :
1. Memandikannya
2. Mengkafaninya
3. Menshalatkannya
4. Menguburkannya

I. Memandikan Mayat

a. Orang yang berhak memandikan mayat

• Sesuai wasiat si maiyit sebelum meninggal dunia
• Ayah, kakek atau anak laki-lakinya ( untuk mayat laki-laki )
• Ibu, nenek atau anak perempuannya ( untuk mayat perempuan )
• Jika tidak ada yang mampu, maka dari keluarganya yang lain atau menunjuk orang yang amanah lagi terpercaya.
• Memilih dua atau tiga orang keluarganya atau kerabatnya untuk membantu

b. Hal-hal yang yang perlu dipersiapkan sebelum memandikan mayat

• Tempat memandikan mayat harus tertutup rapat dinding dan atapnya
• Kain kafan sesuai kebutuhan
• Kapas secukupnya
• Jarum dan benang
• Gunting
• Kapur barus/daun bidara
• Sabun dan shampoo
• Tali rapia
• Sarung tangan
• Tikar

c. Persiapan lain

1. Persediaan air
- Menyediakan air sesuai kebutuhan
- Campuran air dengan daun bidara/sabun mandi
- Campuran air dengan kapur barus
2. Mempersiapkan Kain Kafan
- kain kafan telah dipotong sesuai dengan panjang mayat ( dibeli dari harta mayat / biasanya disambung untuk orang dewasa )
- berwarna putih
- sebanyak tiga lapis ( perempuan ditambah dengan jubah dan sarung serta kerudung )

• Cara menyusun kain kafan

- Kain kafan yang telah dipotong dan disambung/dijahit disusun sebelum atau bersamaan dengan memandikan mayat
- Lapisan terbawah adalah tali raffia yang telah dipotong potong kecil sebagai pengikat ( 3 atau 4 lembar )
- Lapisan kedua : tikar ( pandan atau plastic )
- Tali dari potongan kafan ( 3 atau empat )
- Lapisan ketiga, empat dan lima : kain kafan yang telah dipotong dan disambung sesuai ukuran mayat
- Lapisan keenam : kapas secukupnya + wewangian dan kapur barus yang telah halus ( sisa dari yang dicampur air )


Memandikan
Setelah menyiapkan kain kafan dan air yang cukup sesuai petunjuk, maka mulailah kita memandikan mayat. Perhatikan baik-baik petunjuk berikut.
1. Jika kuku simaiyit panjang, maka sebaiknya digunting
2. tetap menjaga dan menutup auratnya
3. mulailah membersihkan kotoran ( tinja ) yang masih tersisa di perut atau dubur dengan cara menyiram dengan air dan menekan perut mayat secara perlahan sampai kotorannya keluar semua lalu mencuci duburnya
4. setelah bersih dari kotoran mulailah kita memandikannya dengan mencuci anggota wudhunya terlebih dahulu.
5. setelah itu menyiram seluruh anggota tubuhnya secara merata dimulai dari yang sebelah kanan. Lalu membasuhnya dengan sabun dan rambutnya disampo
6. setelah dianggap bersih maka bilasan terakhir adalah dari air campuran kapur barus yang telah dipersiapkan sebelumnya.
7. setelah selesai, maka mayat diseka dengan hamduk secara lembut

Mengkafani
1. setelah dimandikan, maka mayat diangkat kembali ke tempat yang telah dipersiapkan sebelumnya dengan tetap menjaga auratnya
2. diletakkan di atas kafan yang telah tersusun dengan rapi
3. membalut mayat dengan lapisan pertama yaitu dengan memulainya dari sebelah kanan sambil mengelurkan secara perlahan kain penutup sebelumnya
4. lalu kain kedua
5. lapisan ketiga sedikit agak spesifik, yaitu dengan mempertemukan kedua sisi ujung kain kafan, mengangkatnya sedikit lalu digulung hingga rapat kebadan mayat
6. setelah selesai mulailah kita mengikatnya dengan tali kafan yang telah dipersiapkan ( atas kepala, tengah dan bawah kaki )

Menshalatkan
1. menshlatkan jenazah hukumnya pardhu kifayah
2. imam berdiri setentang dengan kepala mayat jika laki-laki dan bagian tengah jika perempuan
3. Imam berdiri di depan tengah para ma’mum, jika tempat tak cukup maka ma’mum boleh berdiri di samping kiri-kanan imam.
4. takbir pertama membaca surat al-Fatihah
5. kedua membaca shalawat
6. ketiga berdo’a

Do’a shalat jenazah ( takbir ketiga )
اللهم اغفر له وارحمه وعافه واعف عنه, ونقه من الخطايا كما ينقي الثوب الأبيض من الدنس, وأبدله دارا خيرا من داره وأهلا خيرا من أهله وزوجا خيرا من زوجه وأدخله الجنة وأعذه من عذاب القبر ومن عذاب النار ( رواه مسلم )
7. keempat berdo’a atau langsung salam

Menguburkan

- Setelah dishalatkan, mayat segera dibawa ke pekuburan untuk dikuburkan
- Pengantar jenazah boleh berada ( berjalan ) di depan jenazah, di belakangnya dan di samping kanan atau kirinya. ( ahkamul janaiz : Al-Albaniy )
- Ketika memasuki kompleks pemakaman membaca do’a :
السلام عليكم دار قوم مؤمنين, وإنا إنشاء الله بكم لاحقون ( رواه مسلم )
“Salam kesejahteraan bagi kamu wahai penghuni kediaman kaum mukminin, kami insya Allah akan menyusul kalian”.
- Tidak menguburkan jenazah pada tiga waktu yang terlarang. ( boleh pada malam hari )
- Lobang kubur hendaknya digali sedalam mungkin ( agar tidak terjangkau binatang buas/agar baunya tidak keluar )
- Kuburan hendaknya dilengkapi dengan lahad ( lobang yang dibuat untuk badan mayat di samping dasar kubur bagian kiblat ). Hadits Rasulullah :
اللحد لنا والشقُّ لغيرنا ( رواه أبو داود )
“Liang lahad itu untuk kita ( muslim ) sedangkan syaq bagi selain kita ( non muslim )
- Memasukkan jenazah ke liang lahad dari arah kaki kuburan, dan memasukkannya secara perlahan
- Membaca do’a :
بسم الله و على سنة ( ملة ) رسول الله
“Dengan nama Allah dan menurut sunnah Rasul-Nya”, ketika memasukkan jenazah ke dalam kubur.
- Yang berhak menurunkan jenazah adalah yang mendapat wasiat atau keluarga dekatnya
- Tidak perlu meletakkan bantalan dikepalanya dan tidak perlu menyingkap wajahnya ( kecuali meninggal tatkala ihram )
- Bagi para pengantar disunnahkan menabur tiga genggam tanah ke dalam liang kubur setelah jenazah diletakkan di dalamnya. ( HR. Ibnu Majah )
- Meninggikan kuburan sekitar sejengkal sebagai tanda agar kehormatannya tidak dilanggar ( seperti punuk onta , HR. Bukhari )
- Tidak menyemen atau membangun kuburan, tidak menulisi batu nisan, tidak duduk di atas kuburan, menginjak atau bersandar ( HR. Muslim )

keutamaan Guru

DIALAH SANG GURU

Jika kita mencoba merenung dan berpikir siapakah orang yang paling berjasa dalam hidup kita setelah kedua orang tua kita ? Jawabannya pastilah Guru. Guru ibarat pelita yang menjadi penerang dalam gulita. Jasa mereka tentu sulit untuk dinilai sebagaimana sulitnya menilai jasa para pahlawan bangsa yang telah rela mengorbangkan segala hal yang mereka miliki demi meraih kemerdekaan, termasuk mengorbangkan jiwa mereka. Bahkan guru adalah sang pahlawan itu sendiri walaupun tanpa tanda jasa.

Walaupun sering dilecehkan dan termaginalkan propesi guru ternyata masih tetap diminati oleh banyak orang. Terbukti dari tahun ke tahun setiap diadakan seleksi calon pegawai negri sipil ( CPNS ) untuk menjaring calon guru baru, para pendaftar selalu membludak dan sulit terlayani secara maksimal.

Pelecehan terhadap propesi guru sering dihubungkan dengan penampilan seorang guru yang lusuh, sederhana dan mungkin berpenghasilan pas-pasan. Orang-orang yang sering melecehkan dan menghina guru rupanya telah lupa bahwasanya keadaan yang mereka rasakan kini, tidak akan tercapai tanpa kehadiran dan keterlibatan para guru.

Yang paling menyedihkan kita karena begitu banyaknya guru - yang terpancing dengan propokasi orang-orang yang tidak tahu membalas budi - ikut-ikutan melecehkan propesi guru dengan menuntut kenaikan gaji, seakan-akan gaji adalah tujuan utama dari propesinya sampai mengadakan mogok mengajar, sebuah ironi yang sangat menyedihkan.

Kepada kita semua mari kita menjaga kehormatan guru sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam, diantaranya :

  1. Bagi para guru

Hendaklah menjaga kesucian jiwanya dari segala bentuk akhlak dan sifat yang tercela karena Ilmu adalah ibadah hati.

Hendaknya yang menjadi prioritas utama dari niatnya adalah untuk mencari pahala, bukan materi dan ucapan terima kasih.

  1. Bagi selain mereka

Menghormati para guru sebagaimana mereka menghormati orang tua mereka.

Senantiasa mengingat jasa-jasa para guru hingga akhir hayat mereka

Mengamalkan kebajikan-kebajikan yang diajarkan guru semaksimal mungkin

- Berusaha membantu para guru walaupun mereka tidak meminta bantuan dari kita

Rasulullah saw dalam hadits-haditsnya, banyak menyebut keutamaan guru, diantara :

Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi hingga semut-semut yang ada di lobangnya dan ikan-ikan yang ada di lautan akan beshalawat kepada para guru ( HR. Turmudzi )

Ibnu Abbas Ra berkata : “sesungguhnya orang yang mengajarkan kebaikan pada manusia ( guru ) akan dimohonkan ampunan oleh seluruh makhluk hingga ikan-ikan yang ada di lautan”.

Hal tersebut terjadi karena orang yang berilmu akan selalu mewasiatkan agar setiap orang senantiasa berbuat baik kepada segala sesuatu hingga terhadap hewan-hewan sekalipun, maka Allah swt mengilhamkan kepada mereka semua ampunan sebagai balasan atas kebaikan yang mereka lakukan.

Al-Hasan rahimahullah berkata : “Seandainya tak ada ulama ( guru ) niscaya seluruh manusia akan seperti hewan”.

Ka’ab rahimahullah berkata : “Allah ta’ala mewahyukan kepada Musa As : Belajarlah wahai Musa kebaikan dan ajarkanlah kebaikan itu kepada manusia, karena sesungguhnya Aku akan membuat kuburan orang yang mengajarkan kebaikan dan yang mempelajarinya bercahaya hingga mereka tidak merasa kesepian.”

23 Juni 2009

Keutamaan Bulan Ramadhan

KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN

Bulan Ramadhan adalah bulan yang selalu ditunggu-tunggu oleh seluruh kaum muslimin yang rindu untuk meningkatkan kembali nilai-nilai keimanannya yang selama sebelas bulan yang lalu senantiasa mengalami penyusutan akibat bertumpuknya dosa-dosa. Memang ! keimanan menurut ajaran aqidah ahlus sunnah wal jama'ah, senantiasa mengalami pasang surut. Keimanan itu bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Degradasi keimanan terjadi pula akibat banyaknya kelalaian yang dilakukan oleh setiap pribadi muslim, lalai dari melakukan berbagai bentuk kebaikan dan tenggelam dalam berbagai bentuk kemaksiatan.

Bulan Ramadhan ibarat gadis cantik atau pria tampan idaman hati, tidak saja memiliki paras nan elok rupa tetapi juga berbudi pekerti luhur, selalu dinanti-nanti dan diidam-idamkan oleh setiap orang.

Bulan ramadhan adalah bulan yang penuh dengan berkah dan keutamaan yang dapat diraih oleh setiap orang beriman yang bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya. Adapun diantara keutamaan bulan Ramadhan adalah sebagai berikut :

1. Bulan Pengampunan

Ramadhan adalan bulan pengampunan dari segala bentuk dosa-dosa kecil yang banyak menggelincirkan manusia. Oleh karena itu dalam bulan ini perbanyaklah istigfar dan taubat, semoga Allah I mengampuni dosa-dosa kita. Rasulullah SAW bersabda :

"Shalat lima waktu dan jum'at kejum'at berikutnya serta Ramadhan ke Ramadhan berikutnya adalah penghapus dosa di antara keduanya selama menjauhi dosa-dosa besar." ( HR. Muslim )

"Barang siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena iman dan perhitungan ( mengharap ridha Allah ) niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." ( HR. Bukhari-Muslim )

Adapun terhadap dosa-dosa besar, maka hanya taubat nashuha yang dapat menghapusnya.

2. Turunnya Lailatul Qadar

Setiap orang beriman tentu telah mengetahui bahwasanya Lailatul Qadar akan datang khusus pada bulan Ramadhan saja dengan membawa sejumlah keutamaan. Allah SWT berfirman :

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. ( Al-Qadr : 1-5 )

Pada ayat di atas, Allah I menjelaskan beberapa keutamaan malam laitul qadr, yaitu :

1. Allah I menurunkan Al-Qur'an pada malam tersebut

2. Malam lailatul qadr lebih baik dari seribu bulan ( 83 tahun + 4 bulan )

3. Pada malam tersebut para malaikat beserta jibril turun ke bumi untuk mengatur segala urusan

4. Kesejahteraan akan meliputi malam tersebut hingga terbit pajar

Pada ayat yang lain Allah berfirman :

Sesungguhnya Kami menurunkannya ( Al-Qur'an ) pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. ( Ad-Dukhaan : 3 )

Malam yang diberkahi oleh Allah I pada ayat di atas adalah malam lailatul qadr.

3. Bulan Al-Qur'an

Bulan Ramadhan sering juga disebut dengan Syahrul Qur'an atau bulan Al-Qur'an karena Allah I menurunkan Al-Qur'an pada bulan Ramadhan. Al-Qur'an adalah pedoman hidup umat Islam dan juga sebagai patunjuk bagi seluruh umat manusia. Allah berfirman :

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). ( Al-Baqarah : 185 )

4. Pintu-pintu Sorga dibuka, Pintu-pintu Neraka

ditutup dan Syaithan-Syaithan dibeleggu

Atas izin Allah I kejahatan pada bulan Ramadhan menurun drastis, hal tersebut terjadi karena kaum muslimin di seluruh dunia secara serentak melaksanakan ibadah puasa yang merupakan pengekang hawa nafsu. Mereka berlomba-lomba melaksanakan berbagai jenis ibadah demi meraih pahala yang berlipat-lipat ganda. Hal tersebut dengan demikian secara tidak langsung mempersempit pergerakan syaithan dalam upayanya menggoda dan menyesatkan manusia. Kaum muslimin dapat lebih leluasa menjalankan berbagai bentuk ketaatan karena pada bulan Ramadhan Allah I membelenggu syaithan-syaithan, membuka pintu-pintu sorga dan menutup pintu-pintu neraka. Rasulullah SAW bersabda :

Jika bulan Ramadhan tiba maka pintu-pintu Surga dibuka sedangkan pintu-pintu neraka ditutup dan syaithan dibelenggu ( HR. Bukhari-Muslim )

31 Mei 2009

Bismillah

Assalamu'alaikum.